Klik Link di Bawah ini untuk menutup POP UP !
Click Link below to close the POP UP !

Selasa, 29 Oktober 2013

KISAH POHON MANGGA

Pada suatu hari, Imam Syibili sedang berada disebuah kebun yang subur. Tiba-tiba, terdengar suara memanggik-manggil, "Syibili-Syibili!"
Imam Syibili berhenti dari pekerjaannya sambil mencari-cari, siapakah gerangan yang memanggil-manggilnya. Ternyata suara itu datang dari sebatang pohon mangga.
"Apa maumu memanggik-manggil aku?" tanya Imam Syibili .
Mahluk gaib yang menyatu dengan pohon mangga itu menjawab, "Jadilah orang yang memiliki sifat mulia
seperti aku"
"Maksudmua?" tanya Imam Syibili kurang senang.
"Aku, jika dilempari orang denga batu, akan melempari orang itu dengan buahku yang lezat-lezat".
Imam Syibili menjawab, "Oh, memang baik hatimu. Tapi mengapa nasibmu tidak baik penghabisannya?"
Kini, pohon mangga yang keheranan. Ia pun bertanya "Maksudmu?"
Imam Syibili  menerangkan, "Kalau engkau sudah tidak ada gunanya lagi, sudah tua, batangmu akan ditebang, daun-daumu akan digunduli, dan dirimu akan dimangsa api sebagai kayu bakar."

Pohon mangga itu dengan sedih berkata, "Itulah kesalahanku. Aku tidak seperti pohon cemara, yang bisa condong ke barat, dan akan condong ke timur jika angin bertiup ke timur". "Jadi, mana yang lebih baik, nasibmu atau nasib poho cemara" tanya Imam Syibili.
"inilah kebanggaan saya. Memang pohon cemara dapat selamat dengan cara begitu, tetapi kalau sudah tua pohon cemara hanya akan roboh begitu saja, dan tidak ada yang mengambilnay menjadi kayu bakar, apalagi buat arang. Sedangkan aku, meskipun penghabisanku dibakar orang, namun aku hancur denga terhormat. Sebab manusia tidak akan sembarangan membakar tubuhku bila tidak untuk memasak atau keperluan lainnya, seperti membuat arang. Jadi aku masih ada guanya sampai akhir hidupku. Abu bekas pembakaran diriku pun masih dicari orang utuk menggosok perabotan rumah di dapur. Jadi nasibku lebih baik dari pada pohon cemara.
Imam Syibili  menganggug-anggukan kepala tanda menyetujui pohon mangga, lebih baik mati terhormat daripada menjual harga diri dengan bersikap munafik, bersedia mengikuti arus, kemanapun agin bertiup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar