
Pada suatu hari ada salah seorang dari mereka yang berkata, "Bagaimana
mungkin engkau patut menjadi pemimpin kami? Umurmu masih terlalu muda"
Nabi Isa dengan tenang menjawab, "Tidak, saya sudah cukup tua bila dibandingkan dengan Nabi Ibrahim ketika baru dilahirkan".
Orang itu terdiam mendongkol. Namu, yang lainnya kurang puas. Orang yang
kedua ini lantas berkata, "Dizaman kepemimpinan Nabi Zakariya,
kehidupan disini sangat tentram, tetapi dimasa kenabianmu sekarag,
banyak sekali terjadi kerusuhan."
Tanpa sikap marah Nabi Isa berkata, "Memang betul, sebab dizaman Nabi
Zakariya umatnya seperti saya, sedangkan dimasa sekarang umatku seperti
engkau semuanya."
Kedua pembangkang itu tidak bisa berbicara lagi.
Pada kesempatan yang berbeda, seorang murid bertanya,"Apakah yang paling berharga bagi manusia?"
"Akal, kata Nabi Isa. "Sebab dengan akal manusia bisa mensejahterakan hidupnya."
"Kalau tidak ada" ?Tanya murid.
"Sahabat yang mau memberkan nashat."
"Kalau tidak ada"?
"Harta yang dibanggakan"
"Kalau tidak ada?"
"Diam"
"Kalau tidak bisa diam?"
"Mati," jawab Nabi Isa. Sebab Manusia jika tidak punya apa-apa, tetapi
tidak bisa diam, biasanya mulutnya hanya akan dipakai untuk mengeluh dan
dengki".
Demikianlah cara nabi Isa memberikan pengertian kepada para muridnya juga terhadap para sahabatnya yang disebut sebagai khawari.
Pernah pada suatu hari Nabi Isa bertanya kepada para sahabatnya,
"Andaikata kalian melihat salah seorang saudaramu terbuka auratnya
ketika tidak sadar, misalnya pada waktu sedang tidur, apakah yang kalian
lakukan? Apakah akan kau tutupi aurat saudaramu itu, atau akan kau buka
sekalian biar telanjang bulat?
Para sahabat menjawab, "Selaku orang-orang yang waras, tentu saja akan
kami tutupi supaya auratnya tidak kelihatan lagi. Masak akan kami buka
sampai telanjang bulat?"
Nabi Isa lalu berkata,"Begitulah seharusnya sebagai orang-orang yang
beradab. Tetapi mengapa apabila aib saudaramu terbuka, malah seringkali
dibeberkan kemana-mana, bahkan ditambah dengan membongkar aib-aibnya
yang lain? Apakah hal itu tidak berarti sama dengan menelanjangi
saudaramu sendiri di muka masyarakat? Jika seseorang telah dibentangkan
seluruh aibnya di tengah masyarakat, biasanya akan jadi nekad di dalam
maksiat serta akan malu untuk kembali kepada masyarakat yang sopan.
Karena itu, janganlah suka membongkar aib orang lain, apalagi
membeberkannya hingga meluas kemana-mana. Orang yang mempunyai aib
seharusnya diberi peringatan secara bijaksana agar mau bertobat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar